Jumat, 30 Desember 2016

Sistem Pencernaan ( Usus halus dan Usus Besar )

Anatomi, Letak, dan Fungsi Usus Halus

Anatomi Usus Halus
Anatomi Usus Halus
Credit: wikipedia (modifikasi)
Usus halus merupakan salah satu organ yang ada dalam sistem pencernaan. Kimus yang telah diproses di dalam lambung akan dialirkan ke usus halus sebagai bagian dari proses pencernaan. Hampir semua proses penyerapan nutrisi terjadi di usus halus. Untuk melakukan peran ini secara efisien, usus halus harus memiliki area permukaan yang luas yang harus bersentuhan dengan kimus tersebut. Luas permukaan ini dapat dicapai dengan bentuk mukosa pada usus halus yang berlipat-lipat. Pada orang hidup, panjang usus halus adalah sekitar 2,7-4,5 m; tetapi pada kadaver di mana tidak ada tonus otot, panjangnya menjadi sekitar 4 sampai 8 m. Usus halus, dinamakan demikian bukan karena panjangnya tetapi karena diameternya yang kecil yaitu sekitar 2,5 cm. Usus halus dibagi menjadi tiga wilayah: duodenum, jejunum, dan ileum.

Anatomi Umum Usus Halus

Usus halus merupakan saluran yang melingkar dan mengisi sebagian besar rongga perut. Letaknya berada di bawah organ lambung dan hati. Usus halus dapat dibagi menjadi tiga wilayah: duodenum, jejunum, dan ileum.

Duodenum

Duodenum merupakan bagian 25 cm pertama dari usus halus. Bagian ini bermula dari sfingter pilorus, membusur di sekitar kepala pankreas lalu ke kiri, dan berakhir di sebuah lekukan tajam yang disebut fleksura duodenojejunal. Nama duodenum mengacu pada panjangnya yang hampir sama dengan lebar 12 jari, maka dari itu usus ini juga sering dinamakan usus dua belas jari.  Bagian 2 cm pangkal duodenum berada di intraperitoneal, sementara sisanya berada di retroperitoneal bersama dengan kelenjar pankreas.
Bagian dalam duodenum menunjukkan bentuk spiral melintang seperti lipatan dengan lekukan hingga 10 mm, lipatan ini dinamakan sirkularis plika. Lapisan dalam usus halus yang berbentuk lipatan ini terbentuk oleh lapisan mukosa dan submukosa; lipatan ini tidak terlihat pada permukaan luar usus halus yang rata jika dilihat dari luar. Lipatan ini menyebabkan kimus mengalir pada jalur spiral di sepanjang mukosanya, memperlambat aliran, dan menyebabkan lebih banyak kontak dengan mukosa, serta meningkatkan proses pencampuran, pencernaan, dan penyerapan nutrisi. Berdekatan dengan kepala pankreas, dinding duodenum memiliki kerutan yang menonjol yang disebut papila duodenum mayor di mana empedu dan saluran pankreas terbuka ke dalam usus. Papilla ini menandai batas antara foregut dan midgut. Pada kebanyakan orang, ada papilla duodenum minor yang lebih kecil serta letaknya sedikit lebih proksimal daripada papilla mayor, papilla minor inilah yang menerima saluran aksesori pankreas.
Duodenum berperan dalam menerima kimus dari lambung lalu mencampurkannya dengan jus pankreas dan empedu. Asam lambung akan dinetralkan di sini dikarenakan adanya bikarbonat dalam jus pankreas, lemak secara fisik dihancurkan (emulsi) oleh empedu, pepsin menjadi tidak aktif oleh kenaikan pH, dan enzim pankreas mengambil alih tugas pencernaan kimia.

Jejunum

Jejunum merupakan bagian 40% pangkal dari usus halus di luar duodenum, panjangnya kira-kira 1,0-1,7 m pada orang hidup. Nama jejunum  (kosong) mengacu pada fakta bahwa ahli anatomi dulu sering menemukan bagian usus halus yang satu dalam kondisi kosong.  Jejunum bermula pada kuadran kiri atas abdomen tetapi sebagian besar letaknya ada di region umbilikal (pusar). Bagian ini memiliki lipatan sirkular yang besar dan berjarak dekat. Dindingnya relatif tebal dan berotot, dan memiliki suplai darah yang banyak sehingga memiliki warna yang relatif merah. Kebanyakan proses pencernaan dan penyerapan nutrisi terjadi di sini.

Ileum

Ileum membentuk 60% bagian terakhir usus halus, yaitu sekitar 1,6-2,7 m. Utamanya, ia menempati wilayah hipogastrik dan sebagian rongga panggul. Dibandingkan dengan jejunum, dindingnya lebih tipis, kurang berotot, kurang vaskular (aliran darah), dan memiliki warna merah muda pucat. Lipatan melingkarnya lebih kecil dan lebih tipis, dan bahkan berkurang pada ujung distal. Di sisi berlawanan dari keterikatan mesenterika nya, ileum memiliki nodul limfatik yang mencolok dan berkelompok yang disebut Peyer patch, yang mudah terlihat hanya dengan mata telanjang dan menjadi semakin besar mendekati usus besar.
Pada ujung dari usus halus ada jungsi ileosekal, yaitu bagian di mana ileum bergabung dengan sekum dari usus besar. Muskularis ileum menebal pada bagian ini untuk membentuk sfingter, katup ileosekal, yang menjorok ke sekum dan mengatur bagian dari sisa makanan ke dalam usus besar serta mencegah kotoran masuk kembali ke ileum.
Lapisan pada Usus Halus
Lapisan pada Usus Halus
Credit: wikipedia (modifikasi)

Anatomi Mikroskopis Usus Halus

Lapisan jaringan pada usus halus mirip pada esofagus dan lambung dengan sedikit perbedaan untuk keperluan penyerapan nutrisi. Bagian lumennya dilapisi oleh epitel kolumnar sederhana. Muskularis eksternanya ditandai dengan lapisan dalam sirkular yang tebal dan lapisan luar longitudinal yang tipis.
Untuk proses pencernaan dan penyerapan nutrisi yang efektif, maka diperlukan luas permukaan internal yang besar pada usus halus. Hal ini dapat tercapai karena adanya tiga jenis lipatan internal dalam usus halus: lipatan sirkular, vili, dan mikrovili. Karena tiga jenis lipatan ini, mukosa dalam usus halus yang harusnya memiliki luas cuma sekitar 0,3-0,5 m2 jika diukur sesuai bentuk salurannya, tetapi dengan adanya elaborasi permukaan ini, luas permukaan yang sebenarnya adalah sekitar 200 m2. Hal ini sangat membantu dalam penyerapan nutrisi. Lipatan sirkular meningkatkan luas permukaan dengan faktor 2-3, vili dengan faktor 10, dan mikrovili dengan faktor 20.

Vili

Vili (bentuk jamak, vilus) berbentuk seperti lidah yang mencapai sekitar 0,5 sampai 1,0 mm jika diukur dari dinding usus. Vili memberikan tekstur seperti handuk pada mukosa. Vili yang terbesar berada di duodenum dan semakin kecil di daerah yang lebih distal dari usus halus. Villus ditutupi oleh dua jenis sel epitel - kolumnar enterosit (sel penyerap) dan sel penghasil mukus (sel goblet).
Seperti sel-sel epitel pada lambung, sel-sel pada usus halus ini bergabung dengan persimpangan ketat yang mencegah enzim pencernaan dari merembes di antara mereka. Inti dari villus dikemas dengan jaringan areolar dari lamina propria dan mengandung beberapa sel otot polos yang berkontraksi secara berkala. Kontraksi ini akan meningkatkan pencampuran kimus dalam lumen usus dan membantu dalam penyerapan lemak dari makanan.
Inti dari villus juga mengandung arteriola, banyak kapiler darah, venula, dan kapiler limfatik yang disebut lacteal. Kapiler darah menyerap sebagian besar nutrisi, tetapi lacteal menyerap paling banyak lipid pada makanan. Alasan sedikitnya lipid yang diserap oleh kapiler darah adalah karena ‘kemasan’ dari lipid tersebut. Enterosit ‘memaketkan’ lipid dalam droplet yang dilapisi oleh protein dan fosfolipid yang disebut chylomikron, lalu kemudian melepaskannya ke dalam inti dari villus tersebut. Chylomikron (60-750 nm) terlalu besar untuk bisa melewati dinding kapiler darah ke dalam aliran darah, tapi kapiler limfatik memiliki kesenjangan yang lebih besar antara sel mereka yang memungkinkan untuk penyerapan droplet besar tersebut ke dalam limfe. Sistem limfatik akhirnya akan mengalirkan mereka ke aliran darah. Lemak limfe dalam lacteal ini disebut chyle. Ia memiliki penampilan seperti susu sesuai namanya yaitu lacteal.

Mikrovili

Mikrovili adalah proyeksi seperti rambut dengan tinggi  sekitar 1 mikrometer, yang membentuk seperti sikat pada permukaan setiap enterosit. Mikrovili ini juga berguna untuk menambah luas permukaan usus halus, tetapi bukan itu saja fungsi mereka. Ada semacam enzim pencernaan tertentu yang tertanam dalam membran plasma mereka, enzim ini melakukan tahap akhir dalam proses mencerna protein dan karbohidrat. Kimus harus bersentuhan dengan mikrovili agar proses ini dapat terjadi. Ini adalah salah satu alasan pentingnya pencampuran kimus secara menyeluruh. Akhir produk pencernaan kemudian diserap melalui membran mikrovili tersebut.
Di dasar usus halus, tepatnya pada dasar pengenaan antar vili, ada banyak pori-pori yang terbuka ke kelenjar tubular yang disebut kriptus intestinal atau kriptus Lieberkühn. Kriptus ini mirip dengan kelenjar pada lambung, memanjang sejauh mukosa muskularis. Bagian atas mereka terdiri dari sel enterosit dan sel goblet seperti yang ada pada vili. Setengah bagian bawahnya didominasi oleh sel stem yang terus membelah. Dalam rentang hidupnya dari 3 sampai 6 hari, sel epitel bermigrasi dari bagian bawah hingga ke ujung villus, di mana ia kemudian terkelupas dan ikut dicerna. Jauh di dalam kriptus juga ada sel enteroendokrin dan sel Paneth. Sel Paneth mengeluarkan lisozim, yaitu enzim antimikroba serta mengeluarkan protein defensif lainnya yang berperan untuk mencegah invasi bakteri ke mukosa.
Duodenum memiliki kelenjar duodenum yang banyak pada submukosa. Mereka mengeluarkan banyak lendir alkali yang menetralkan asam lambung serta melindungi mukosa dari efek erosif asam lambung. Di sepanjang usus halus, lamina propria dan submukosa memiliki populasi limfosit yang besar yang mencegat patogen sebelum mereka dapat menyerang aliran darah. Di beberapa tempat, limfosit ini bergabung ke dalam nodul limfatik yang menjadi bagian paling mencolok yaitu Peyers patch ileum.
Anatomi Usus besar
Bagian Anatomi Usus Besar
Usus besar atau kolon memiliki panjang ± 1 meter dan terdiri atas kolon ascendens, kolon transversum, dan kolon descendens. Di antara intestinum tenue (usus halus) dan intestinum crassum (usus besar) terdapat sekum (usus buntu). Pada ujung sekum terdapat tonjolan kecil yang disebut appendiks (umbai cacing) yang berisi massa sel darah putih yang berperan dalam imunitas.
Proses Pencernaan Oleh Usus Besar
Zat - zat sisa di dalam usus besar ini didorong ke bagian belakang dengan gerakan peristaltik. Zat - zat sisa ini masih mengandung banyak air dan garam mineral yang diperlukan oleh tubuh. Air dan garam mineral kemudian diabsorpsi kembali oleh dinding kolon, yaitu kolon ascendens. Zat-zat sisa berada dalam usus besar selama 1 sampai 4 hari. Pada saat itu terjadi proses pembusukan terhadap zat-zat sisa dengan dibantu bakteri Escherichia coli, yang mampu membentuk vitamin K dan B12. Selanjutnya dengan gerakan peristaltik, zat-zat sisa ini terdorong sedikit demi sedikit ke saluran akhir dari pencernaan yaitu rektum dan akhirnya keluar dengan proses defekasi melewati anus.














Defekasi diawali dengan terjadinya penggelembungan bagian rektum akibat suatu rangsang yang disebut refleks gastrokolik. Kemudian akibat adanya aktivitas kontraksi rektum dan otot sfinkter yang berhubungan mengakibatkan terjadinya defekasi. Di dalam usus besar ini semua proses pencernaan telah selesai dengan sempurna

Tidak ada komentar:

Posting Komentar